Oleh Agla khumaesi (Republika 5 November 2014)
Asyik bermain smartphone memang bikin lupa waktu. Namun, konon gara-gara smartphone dan kebiasaan santai, anak muda sekarang kurang berkualitas. Kok bisa ? Berdasarkan sebuah survey sejumlah perusahaan yang disebut CBI terungkap bahwa beberapa tahun ini kemakmuran ekonomi sedang terancam karena sejumlah besar remaja meninggalkan sekolah dan para fresh graduate kurang berusaha dalam hidupnya.
Hasil survey yang dilakukan terhadap 500 usaha kecil dan menengah menunjukkan bahwa banyak pengusah percaya lulusan perguruan tinggi tidak banyak yang paham bagaimana berperilaku tepat ditempat kerja. Lebih dari 10-43 persen di antaranyakhawatir pada angkatan kerja baru itu yang menggunakan ponsel mereka saat di tempat kerja atau mengambil waktu terlalu lamaketika beristirahat.
Bahkan 41 persennya juga percaya lulusan muda tidak memiliki manajemen waktu dan keterampilan yang tepat. Sedangkan, 55 persen dari pengusaha merasa lulusan muda tidak memiliki keterampilan relasi dalam hubungannya dengan klien, pelanggan, maupun pemasok.
Kekhawatiran ini juga dirasakan hampir setiap perusahaan. LifeSkills, lembaga pengelola sumber daya manusia, melakukan penelitian dengan melacak dan memantau keberhasilan lulusan muda di tempat kerja secara jangka panjang. Hasilnya, mereka mendesak agar seklah lebih fokus untuk mempersiapkan anka-anak muda itu ketika ingin memasuki dunia kerja.
“Usaha kecil dan menengah merupakan sumber yang sangat penting dari pekerjaan, namun penelitian ini menunjukkan mereka memandang pentingnya keterampilan lulusan muda yang mereka butuhkan,” ujar kepala LifeSkills di Barclays, Kirstie Mackey, yang dikutip dari Mailonline.
Belakangan, kualitas sumber daya anak muda tak ayal mengundang keprihatinan banyak kalangan. Mantan bos Marks and Spencer, Sir Stuart Rose, mengatakan, terlalu banyak lulusan sekolahyang hanya berjuang untuk membaca, menulis, dan berhitung,
Mereka tampaknya tidak terlalu merasa perlu untuk meningkatkan keterampilan bekerja. CBI juga melaporkan bahwa standar keterampilan dasar para lulusan muda sangat rendah sehingga tak heran bila lebih dari seperempat dari perusahaan sekarang menjalankan pelatihan bagi para pekerja lulusan sekolah baru.
Para fresh graduate dianggap kurang memiliki keterampilan untuk bekerja di sebuah perusahaan. Hasil survei itu mengungkapkan, lebih dari 50 persen mengkritik kurangnya kemampuan memecahkan masalah, 38 persen mengatakan bahwa para lulusan muda hanay mengetahui ilmu dasar dan 36 persen mengaku bahwa para lulusan itu kurang “melek” dalam kemampuan bahasa Inggrisnya.
Nah, kalau mau meningkatkan kualitas diri, sudah saatnya untuk mulai mengurangi kebiasaaan melirik smartphone dan hidup lebih giat kalau, ya?
Asyik bermain smartphone memang bikin lupa waktu. Namun, konon gara-gara smartphone dan kebiasaan santai, anak muda sekarang kurang berkualitas. Kok bisa ? Berdasarkan sebuah survey sejumlah perusahaan yang disebut CBI terungkap bahwa beberapa tahun ini kemakmuran ekonomi sedang terancam karena sejumlah besar remaja meninggalkan sekolah dan para fresh graduate kurang berusaha dalam hidupnya.
Hasil survey yang dilakukan terhadap 500 usaha kecil dan menengah menunjukkan bahwa banyak pengusah percaya lulusan perguruan tinggi tidak banyak yang paham bagaimana berperilaku tepat ditempat kerja. Lebih dari 10-43 persen di antaranyakhawatir pada angkatan kerja baru itu yang menggunakan ponsel mereka saat di tempat kerja atau mengambil waktu terlalu lamaketika beristirahat.
Bahkan 41 persennya juga percaya lulusan muda tidak memiliki manajemen waktu dan keterampilan yang tepat. Sedangkan, 55 persen dari pengusaha merasa lulusan muda tidak memiliki keterampilan relasi dalam hubungannya dengan klien, pelanggan, maupun pemasok.
Kekhawatiran ini juga dirasakan hampir setiap perusahaan. LifeSkills, lembaga pengelola sumber daya manusia, melakukan penelitian dengan melacak dan memantau keberhasilan lulusan muda di tempat kerja secara jangka panjang. Hasilnya, mereka mendesak agar seklah lebih fokus untuk mempersiapkan anka-anak muda itu ketika ingin memasuki dunia kerja.
“Usaha kecil dan menengah merupakan sumber yang sangat penting dari pekerjaan, namun penelitian ini menunjukkan mereka memandang pentingnya keterampilan lulusan muda yang mereka butuhkan,” ujar kepala LifeSkills di Barclays, Kirstie Mackey, yang dikutip dari Mailonline.
Belakangan, kualitas sumber daya anak muda tak ayal mengundang keprihatinan banyak kalangan. Mantan bos Marks and Spencer, Sir Stuart Rose, mengatakan, terlalu banyak lulusan sekolahyang hanya berjuang untuk membaca, menulis, dan berhitung,
Mereka tampaknya tidak terlalu merasa perlu untuk meningkatkan keterampilan bekerja. CBI juga melaporkan bahwa standar keterampilan dasar para lulusan muda sangat rendah sehingga tak heran bila lebih dari seperempat dari perusahaan sekarang menjalankan pelatihan bagi para pekerja lulusan sekolah baru.
Para fresh graduate dianggap kurang memiliki keterampilan untuk bekerja di sebuah perusahaan. Hasil survei itu mengungkapkan, lebih dari 50 persen mengkritik kurangnya kemampuan memecahkan masalah, 38 persen mengatakan bahwa para lulusan muda hanay mengetahui ilmu dasar dan 36 persen mengaku bahwa para lulusan itu kurang “melek” dalam kemampuan bahasa Inggrisnya.
Nah, kalau mau meningkatkan kualitas diri, sudah saatnya untuk mulai mengurangi kebiasaaan melirik smartphone dan hidup lebih giat kalau, ya?