Ketika komentar buruk lebih banyak dibandingkan kata penghargaan
Biasanya ketika saya menonton video di youtube, saya hanya sekedar menonton tanpa melakukan apa-apa seperti berpikir; "apakah yang saya tonton bermanfaat?", "apa yang saya dapatkan dari menonton itu?" dan beberapa hal lainnya.
Aku habis menonton video dari agung hapsah yang berjudul "YOUTUBER BOCAH" . Isi dari video itu memang bagus dan sempat skeptis bahwa agung bakal ngetawain, menjelekkan anak-anak yang aktif di youtube. Tapi, itu semua hanya dugaan saya, karena setelah saya menonton secara lengkap, isi videonya sangat menarik. Disitu saya mengetahui bahwa ada seorang youtuber bocah yang bernama Yosafat mengalami komentar yang tidak seharusnya diterima di usia dia. (cek gambar yang saya upload)
Banyak orang yang saya temui selama saya hidup ini seperti yosafat, termasuk saya. Malu mengeluarkan bakat yang ia miliki, keinginan yang ingin dia tuju, mimpi yang ia capai, namun lingkungan dia tidak mendukung. Mungkin ini pola pikir mayoritas orang di Indonesia dan susah rasanya menemukan lingkungan yang "Hei ! kamu pasti bisa, lanjutkan karyamu !"
Pengalaman saya, melawan kata-kata yang merendahkan dan bahkan tertanam di alam bawah sadar itu semua ketika sudah beranjak dewasa seperti kuliah ini memang butuh perjuangan karena selalu terngiang
"ah, malas aku ikut lomba itu, ntar di kata-katain" ,
"ngapain sih ngelakuin hal itu? yang ada jadi bahan tertawaan",
"bosan gua di katain garing pas tampil" dan sebagainya.
Saya memang bukan orang yang baik jika menyampikan hal yang berbau opini, mungkin beberapa pembaca belum menemukan benang merah dari tulisan ini. saya akui itu karena saya masih belajar untuk menulis.
Karena hidup untuk belajar
Fadhil Kamal Samsu,
Mahasiswa yang (masih) belajar
Biasanya ketika saya menonton video di youtube, saya hanya sekedar menonton tanpa melakukan apa-apa seperti berpikir; "apakah yang saya tonton bermanfaat?", "apa yang saya dapatkan dari menonton itu?" dan beberapa hal lainnya.
Aku habis menonton video dari agung hapsah yang berjudul "YOUTUBER BOCAH" . Isi dari video itu memang bagus dan sempat skeptis bahwa agung bakal ngetawain, menjelekkan anak-anak yang aktif di youtube. Tapi, itu semua hanya dugaan saya, karena setelah saya menonton secara lengkap, isi videonya sangat menarik. Disitu saya mengetahui bahwa ada seorang youtuber bocah yang bernama Yosafat mengalami komentar yang tidak seharusnya diterima di usia dia. (cek gambar yang saya upload)
Banyak orang yang saya temui selama saya hidup ini seperti yosafat, termasuk saya. Malu mengeluarkan bakat yang ia miliki, keinginan yang ingin dia tuju, mimpi yang ia capai, namun lingkungan dia tidak mendukung. Mungkin ini pola pikir mayoritas orang di Indonesia dan susah rasanya menemukan lingkungan yang "Hei ! kamu pasti bisa, lanjutkan karyamu !"
Pengalaman saya, melawan kata-kata yang merendahkan dan bahkan tertanam di alam bawah sadar itu semua ketika sudah beranjak dewasa seperti kuliah ini memang butuh perjuangan karena selalu terngiang
"ah, malas aku ikut lomba itu, ntar di kata-katain" ,
"ngapain sih ngelakuin hal itu? yang ada jadi bahan tertawaan",
"bosan gua di katain garing pas tampil" dan sebagainya.
Saya memang bukan orang yang baik jika menyampikan hal yang berbau opini, mungkin beberapa pembaca belum menemukan benang merah dari tulisan ini. saya akui itu karena saya masih belajar untuk menulis.
Karena hidup untuk belajar
Fadhil Kamal Samsu,
Mahasiswa yang (masih) belajar